Kamis, 12 April 2018

4th: Pengembangan E-learning dalam Pembelajaran Kimia



A. Pendahuluan

·      E-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain (Hartley, 2001).
·      E-learning membuat pembelajaran dapat lebih terbuka dan fleksibel. Pembelajaran dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dan dengan siapa saja.
·      Salah satu media yang dikembangkan untuk menunjang pembelajaran secara online adalah program LMS (Learning Management System). Menurut Yasar dan Adiguzel (2010), Learning Management System (LMS) adalah suatu pengelolaan pembelajaran yang mempunyai fungsi untuk memberikan sebuah materi belajar, mendukung kolaborasi, menilai kinerja peserta didik, merekam data peserta didik, dan menghasilkan laporan yang berguna untuk memaksimalkan efektifitas dari sebuah pembelajaran. Selain materi ajar, skenario pembelajaran perlu disiapkan dengan matang untuk mengundang keterlibatan peserta didik secara aktif dan konstruktif dalam proses belajar mereka (Hasbullah, 2009).
·      Bahan ajar yang tersedia di sekolah biasanya hanya berupa buku teks. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan berupa seperangkat materi yang disusun secara sistematis untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan memungkinkan siswa untuk belajar.
·      Bahan ajar dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik materi yang akan disajikan. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, penggunaan alat bantu media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif seperti penggunaan komputer atau internet. Penggunaan internet dalam proses pembelajaran dikenal dengan istilah e-learning.
·      Materi yang hanya berisi konsep-konsep dan teori akan mudah dilupakan siswa, apalagi jika dalam pembelajarannya tidak meninggalkan kesan yang mendalam. Kean dan Middlecamp (1994), mengemukakan bahwa untuk dapat memahami suatu konsep dengan utuh, kita harus mengenal konsep tersebut baik dari tingkat makroskopis maupun mikroskopisnya.
·      Beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran kimia di SMA adalah:
(1) keterbatasan sumber belajar yang ada yaitu hanya buku teks,
(2) banyak terdapat konsepkonsep abstrak,
(3) lemahnya interaksi antara guru dan siswa di dalam kelas,
(4) kecepatan dan gaya belajar siswa yang berbeda-beda
(5) keterbatasan waktu yang tersedia dalam pembelajaran di kelas.


B. Metode Pengembangan

            Pengembangan bahan ajar berbasis e-learning dengan materi hidrokarbon dan minyak bumi (contohnya) didasarkan pada model pengembangan yang direkomendasikan oleh Thiagarajan (1974), yakni 4D-Model yang terdiri dari pembatasan (define), perencanaan (design), pengembangan (develop), dan penyebarluasan (disseminate).

            Tahap pendefinisian (define) adalah untuk menentukan dan menegaskan kebutuhan-kebutuhan pembelajaran. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: (1) analisis ujung depan yang mengarah pada hasil akhir dari pengembangan yakni berupa bahan ajar berbasis e-learning, (2) analisis siswa, langkah ini menetapkan subyek pebelajar dan sasaran belajar siswa yaitu siswa kelas X semester 2 dengan materi pokok senyawa hidrokarbon dan minyak bumi dengan karakter siswa yang telah mengenal internet, dan (3) perumusan indikator hasil belajar yang dirumuskan berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Analisis siswa dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) analisis tugas dengan mencari literatur dan sumber belajar tentang hidrokarbon dan minyak bumi dan (2) analisis konsep yang dilakukan dengan mengidentifikasi konsep-konsep utama yang akan dipelajari.

            Tahap perencanaan (design) meliputi tiga langkah yaitu: (1) penyusunan tes dengan membuat soal yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman materi dan keberhasilan siswa dalam memahami materi dalam bahan ajar, (2) pemilihan media untuk mendapatkan media yang tepat sesuai dengan perkembangan era teknologi yang sedang berlangsung, yaitu media internet, dan (3) perancangan awal yang meliputi membaca buku teks yang relevan, menulis bahan ajar, adaptasi bahan ajar, konsultasi secara intensif dengan dosen pembimbing.

            Pada tahap pengembangan (develop) langkah- langkah yang dilakukan adalah: (1) konsultasi dengan pembimbing yang bertujuan untuk merancang dan menyusun media dan instrumen yang akan dipakai dalam penelitian, (2) validasi yang merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data tentang nilai yang diperoleh dari validator, (3) analisis hasil validasi, hasil validasi dianalisis sesuai dengan penilaian, saran, dan kritik dari validator, (4) revisi bahan ajar berbasis e-learning yang bertujuan untuk menyempurnakan bahan ajar yang akan digunakan, dan (5) uji coba terbatas, tujuan uji coba ini hanya untuk mengetahui kelayakan dari produk pengembangan yakni bahan ajar berbasis e-learning.

            Tahap keempat yaitu penyebarluasan (disseminate) merupakan tahap penggunaan bahan ajar yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas. Tahap ini bertujuan untuk menguji efektivitas penggunaan bahan ajar berbasis e-learning hasil pengembangan. Dalam pengembangan ini, tahap penyebarluasan (disseminate) tidak dilakukan karena pertimbangan keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya. Selain itu, disesuaikan dengan tujuan pengembangan bahan ajar berbasis e-learning yakni untuk mengetahui kelayakan bahan ajar bukan untuk mengukur prestasi belajar siswa


C. Pembahasan

Produk yang dikembangkan berupa bahan ajar berbasis e-learning yang terdiri atas teks, materi dalam bentuk pdf, link ke beberapa web, video tutorial, animasi, dan assignment. Produk ini juga dilengkapi dengan petunjuk penggunaan, desain pembelajaran, dan instrumen penilaian terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran. Petunjuk penggunaan bahan ajar berbasis e-learning yang dikembangkan ada dua jenis yaitu petunjuk untuk guru dan petunjuk untuk siswa. Pada petunjuk penggunaan untuk guru dilengkapi dengan desain pembelajaran dan rubrik penilaian. Sedangkan petunjuk untuk siswa hanya prosedur penggunaan media pembelajaran online (e-learning) saja. Desain pembelajaran berisi petunjuk dalam melaksanakan pembelajaran online (penggunaan bahan ajar berbasis e-learning) dan pembelajaran di kelas. Di dalam desain pembelajaran terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan guru dan siswa pada saat pembelajaran di kelas maupun saat online. Instrumen penilaian terdiri dari lembar penilaian dan alat ukur penilaian (soal-soal evaluasi). Tersedianya beberapa sumber belajar yang dapat diakses setiap saat memungkinkan dapat mengakomodasi gaya & kecepatan belajar siswa yang berbeda-beda. Pada sumber belajar juga terdapat gambar makroskopis dan mikroskopis yang dapat membantu siswa memahami materi. Untuk meningkatkan interaksi antar siswa dan guru disediakan fitur forum & chat sehingga siswa dapat saling berdiskusi kapan saja untuk memperkuat konsep yang telah diperoleh siswa.

Pengembangan bahan ajar berbasis e-learning ini dapat dijadikan solusi bagi siswa dan guru.
-Siswa dapat belajar sesuai kecepatan belajarnya,
-Siswa dapat mempelajari materi yang tidak terpenuhi dalam pelajaran yang diterima di kelas,
-Siswa belajar dengan learning mode yang disukainya dan memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar dengan berbagai jenis sumber belajar.
-Guru dapat terbantu dalam penyampaian sumber belajar karena siswa dapat mengakses secara mandiri dan interaksi antara siswa dan guru dapat ditingkatkan dengan aplikasi yang menyediakan fasilitas diskusi.

Berdasarkan hasil penelitian telah berhasil dikembangkan bahan ajar berbasis elearning pada materi hidrokarbon dan minyak bumi. Untuk mengetahui validitas bahan ajar yang dikembangkan dilakukan validasi terhadap materi, media, dan produk pengembangan. Hasil validasi materi didapatkan persen rata-rata sebesar 93,75% yang berarti bahan ajar valid dan layak digunakan. Hasil validasi media didapatkan persen ratarata sebesar 97,89% yang berarti bahan ajar valid dan layak digunakan. Sedangkan hasil validasi produk didapatkan persen rata-rata sebesar 94,85% yang berarti bahan ajar valid dan layak digunakan. Revisi dilakukan berdasarkan komentar dan saran yang diberikan vaildator. Selajutnya dilakukan uji pada kelompok kecil dan didapatkan persen rata-rata sebesar 81,92% yang berarti bahan ajar telah layak digunakan. Revisi dilakukan berdasarkan komentar dan saran yang diberikan kelompok kecil.

Hasil penelitian Dedi Rohendi (2012) menunjukkan siswa yang menggunakan elearning memiliki hasil belajar yang lebih baik daripada siswa dengan pembelajaran konvensional. Begitu juga dalam penelitian Judith J. Smith & H. Carol Greene (2013) yang menyarankan e-learning sebagai model pendukung dalam metode mengajar.

Kelebihan bahan ajar berbasis e-learning pada materi hidrokarbon dan minyak bumi ini dibandingkan bahan ajar yang ada ialah:
(1) bahan ajar ini dilengkapi dengan petunjuk penggunaan, desain pembelajaran, dan instrumen penilaian terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran,
(2) memudahkan terjadi interaksi antara guru, siswa, dan bahan ajar yang merupakan komponen dari peristiwa belajar,
(3) kelengkapan fitur yang dimiliki,
(4) sumber belajar dapat dimodifikasi sewaktu-waktu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
(5) guru dapat menilai keaktifan dan kualitas diskusi siswa berdasarkan record yang tersimpan dalam media pembelajaran online (e-learning).


D. Kesimpulan

Bahan ajar berbasis e-learning yang dikembangkan dapat digunakan sebagai alat bantu siswa mempersiapkan diri sebelum memasuki materi pembelajaran atau sebagai penguatan terhadap materi dan konsep pembelajaran yang telah diterima siswa. Dalam penggunaan produk perlu diperhatikan ketersediaan fasilitas penunjang seperti komputer/laptop dan jaringan internet.


Permasalahan

1. Apa saja model desain pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengembangkan suatu media pembelajaran?

2. Bagaimana cara uji coba produk multimedia e-learning?

3. Bagaimana metode penilaian e-learning atau pembelajaran online?


3 komentar:

  1. baiklah asaya mencoba menjawab permasalahan anda yang ke 2

    untuk uji coba e learning contohnya saja pada Penelitian melihat apakah media e-learning berbasis video yang dirancang ini praktis, kemudian dilakukan uji coba kepada pengguna, yaitu guru dan siswa. Aspek yang diuji cobakan kepada guru untuk melihat aspek akses e-learning, aspek materi, aspek penyajian, aspek media e-learning berbasis video. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media e-learning berbasis video oleh guru sudah praktis, sedangkan kepada siswa untuk melihat minat siswa, proses penggunaannya, peningkatan keaktifan siswa dan waktu siswa dalam mempelajari Mata Pelajaran kimia di SMA dengan menggunakan media E-Learning Berbasis Video. Hasil praktikalitas oleh siswa sudah praktis. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa media e-learning berbasis video telah praktis dan dapat digunakan dalam pembelajaran di SMA dan dapat dikembangkan serta digunakan pada mata pelajaran yang berbeda pula.

    BalasHapus
  2. baiklah saya akan menjawab pertanyaan no 3

    ada dasarnya cara penyampaian atau metode yang digunakan dari e-learning, dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah. Komunikasi atau interaksi antara guru dan murid memang sebaiknya melalui sistem dua arah. Dalam e-learning, sistem dua arah ini juga bisa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

    1. Dilaksanakan melalui cara langsung artinya pada saat instruktur memberikan pelajaran, murid dapat langsung mendengarkan.
    2. Dilaksanakan melalui cara tidak langsung misalnya pesan dari instruktur direkam dahulu sebelum digunakan.

    BalasHapus
  3. saya akan mencoba menjawab permasalahan me-1
    Selain itu, pemilihan model ADDIE didasarkan atas beberapa pertimbangan antara lain:
    1. Model ADDIE ini merupakan model perancangan pembelajaran generik yang menyediakan sebuah proses terorganisasi dalam pembangunan bahan-bahan pelajaran yang dapat digunakan baik untuk pembelajaran tatap muka maupun pembelajaran online. Dapat disimpulkan bahwa model ADDIE adalah kerangka kerja sederhana yang berguna untuk merancang pembelajaran di mana prosesnya dapat diterapkan dalam berbagai pengaturan karena strukturnya yang umum.
    2. Model ADDIE dapat menggunakan pendekatan produk dengan langkah-langkah sistematis dan interaktif.
    3. Model ADDIE dapat digunakan utnuk pengembangan bahan pembelajaran pada ranah verbal, keterampilan intelektual, psikomotor, dan sikap sehingga sangat sesuai untuk pengembangan media blog untuk mata pelajaran TIK.
    4. Model ADDIE memberikan kesempatan kepada pengembang desain pembelajaran untuk bekerja sama dengan para ahli isi, media, dan desain pembelajaran sehingga menghasilkan produk berkualitas baik.

    BalasHapus