Kamis, 05 April 2018

3rd: Teori Pemrosesan Informasi dalam Pembelajaran

A. Teori pemrosesan Informasi

            Asumsi  yang  mendasari  teori  pemrosesan  informasi  adalah  bahwa pembelajaran  merupakan  faktor  yang  sangat  penting  dalam  perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam  pembelajaran  terjadi  proses  penerimaan  informasi,  untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.
            Dalam  pemrosesan  informasi  terjadi  adanya  interaksi  antara  kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam  diri  individu  yang  diperlukan  untuk  mencapai  hasil  belajar  dan  proses kognitif  yang  terjadi  dalam  individu.  Sedangkan  kondisi  eksternal  adalah rangsangan  dari  lingkungan  yang  mempengaruhi  individu  dalam  proses pembelajaran.
            Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar  yang menjelaskan  pemrosesan,  penyimpanan,  dan  pemanggilan  kembali pengetahuan  dari  otak.  Teori  ini  menjelaskan  bagaimana  seseorang memperoleh  sejumlah  informasi  dan  dapat  diingat  dalam  waktu  yang  cukup  lama.  Oleh  karena  itu  perlu  menerapkan  suatu  strategi  belajar  tertentu  yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa alat indera.


B. Asumsi yang Mendasari Teori Pemrosesan Informasi

Dalam  upaya  menjelaskan  bagaimana  suatu  informasi  (pesan pengajaran)  diterima,  disandi,  disimpan,  dan  dimunculkan  kembali  dari ingatan serta dimanfaatkan jika diperlukan, telah dikembangkan sejumlah teori dan  model pemprosesan  informasi  oleh beberapa pakar. Teori-teori  tersebut umumnya berpijak pada tiga asumsi yaitu:

a.  Bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemprosesan informasi  di  mana  pada  masing-masing  tahapan  dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.
b.  Stimulus  yang  diproses  melalui  tahapan-tahapan  tadi  akan  mengalami perubahan bentuk ataupun isinya.
c.  Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas. Dari  ketiga  asumsi  tersebut,  dikembangkan  teori  tentang  komponen struktur dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol).


C.  Komponen Pemrosesan Informasi

Komponen  pemrosesan  informasi  dipilah  menjadi  berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya “lupa”.

Ketiga komponen itu adalah sebagai berikut:
1.  Sensory Receptor (SR)
Sensory  Receptor  (SR)  merupakan  sel  tempat  pertama  kali  informasi diterima dari luar. Di dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, informasi  hanya  dapat  bertahan  dalam  waktu  yang  sangat  singkat,  dan informasi ntadi mudah terganggu atau berganti.

2.  Working Memory (WM)
Working Memory (WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi  perhatian oleh  individu.  Pemberian  perhatian  ini  dipengarui  oleh peran persepsi. Karakteristik WM adalah bahwa; 
a.  Ia  memiliki  kapasitas  yang  tebatas,  lebih  kurang  7  slots.  Informasi  di dalamnya  hanya  mampu  bertahan  kurang  lebih  15  detik  apabila  tanpa upaya pengulangan atau rehearsal. 
b.  Informasi  dapat  disandi  dalam  bentuk  yang  berbeda  dari  stimulus aslinya. Asumsi pertama berkaitan dengan penataan jumlah informasi, sedangkan  informasi  yang  kedua  berkaitan  dengan  peran  proses kontrol.  Artinya,  agar  informasi  dapat  bertahan  dalam  WM,  maka upayakan  jumlah  informasi  tidak  melebihi  kapasitas  WM  disamping melakukan rehearsal (pengulangan).  Sedangkan  penyandian  pada tahap WM, dalam bentuk verbal, visual, ataupun semantic, dipengaruhi oleh  peran  proses  kontrol  dan  seseorang  dapat  denga  sadar mengendalikannya.

3.  Long Term Memory (LTM)
Long  Term  Memory  (LTM)  diasumsikan:  1)  berisi  semua pengetahuan  yang  telah  dimiliki oleh  individu,  2)  mempunyai  kapasitas tidak  terbatas,  dan  3)  bahwa  sekali  informasi  disimpan  di  dalam  LTM  ia tidak akan pernah terhapus atau hilang. Persoalan” lupa” pada tahapan ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Ini berarti , jika informasi ditata dengan baik maka akan memudahkan  proses  penelusuran  dan  pemunculan  kembali  informasi  jika diperlukan.  Tennyson  (1989)  mengemukakan bahwa  proses  penyimpanan informasi  merupakan  proses  mengasimilasikan  pengetahuan  baru  pada pengetahuan yang telah dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan (knowledge base).


D.  Pengolahan Informasi

Hal-hal  yang  berkaitan  dengan  pengolahan  informasi  supaya informasi  (pesan)  tersebut  dapat  diterima  oleh  si  penerima  informasi, diantaranya:
1. Pesan,  merupakan  informasi  yang  disampaikan  berupa  isi,  makna, pengertian dari materi pengajaran atau bahan pelajaran.
2. Media  yang  terdiri  dari  perangkat  lunak  dan  perangkat  keras  di  siapkan untuk menyajikan pesan terpilih, misalnya modul dan slide suara
3. Intruktor,  adalah  orang  yang  mengendalikan,  menyajikan  atau mentransmisikan  informasi,  pesan,  isi,  makna,  pengertian  dari  materi instruksional.
4. Metode,  adalah  teknik-teknik  tertentu  yang  di  pergunakan  agar  penyajian informasi menjadi efektif.
5.Lingkungan berupa kindisi-kondisi tertentu yang dikendalikan, diatur atau di manipulasi guna menciptakan pengajaran yang kondusif.


E.  Usaha meningkatkan memori

Meningkatkan kemampuan memori dalam pemrosesan informasi tentu menjadi dambaan setiap orang. Namun dibutuhkan suatu usaha untuk bisa memproses informasi dengan baik. Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kerja memori dengan baik.

1.    Perhatian (attention)
Dalam pemrosesan informasi perhatian adalah syarat utama seseorang dapat memperoleh informasi. Fokuskan perhatian kepada suatu informasi yang ingin diketahui akan lebih mempermudah proses encoding sehingga pada saat perhatian gangguan-gangguan yang dapat merusak perhatian harus diminimalisir. Dalam proses pembelajaran, guru perlu menarik perhatian siswa dan menyedikan sarana prasarana belajar yang mendukung untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran.

2.    Pengulangan (rehearsal)
Pengulangan (rehearsal) diperlukan untuk mempertahankan informasi pada saat akan di encoding sehingga dapat tersimpan dalam memori jangka panjang.

3.    Khususkan konteks atau bahan untuk mudah diingat dengan hal-hal yang lain
Informasi yang ingin diperoleh hendaknya berhubungan dengan informasi yang lain sehingga mudah cara pemanggilannya. Cara ini bisa dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri dan membuat catatan dengan baik. Mengajukan pertanyaan untuk diri sendiri setelah membaca atau memperoleh suatu informasi akan mengembangkan asosiasi dengan informasi yang berhubungan atau perlu diambil dari memori. Mencatat informasi yang diperoleh sangat berguna untuk tetap menjaga informasi itu agar tidak hilang karena berlalunya waktu.

4.    Pengorganisasian informasi dengan menggunakan strategi
Beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk bisa mengorganisasikan informasi adalah dengan mnemonic. King (2007: 441) menyatakan bahwa strategi mnemonic adalah bantuan ingatan visual dan/atau verbal. Berikut ini adalah tiga jenis cara mnemonic.
a. Metode loci, anak menyusun imaji/citra dari suatu item yang akan diingat dan membayangkan anak tersebut menyimpannya dalam lokasi yang dikenali. Misalnya jika anak harus mengingat sederetan konsep maka mereka bisa membayangkan meletakkannya di rumah rumah mereka, seperti di kamar tidur, ruang keluarga, dapur dan sebagainya. Pada saat anak perlu mengambil kembali informasi tersebut, anak bisa membayangkan rumahnya lalu membayangkan dirinya berjalan di ruang-ruang untuk mengambil konsep itu.
b.    Metode kata kunci, metode ini diterapkan dengan melekatkan imaji kepada dengan kata-kata yang penting. Misalnya ketika menerangkan variabel x pada siswa, kita bisa membuat perumpamaan jika variabel x itu adalah kue atau apel.
c.    Akronim, metode ini menciptakan kata dari huruf pertama item yang akan diingat. Misalnya untuk menghafalkan warna pelangi bisa dihafalkan dengan cara mejikuhibiniu (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu)


F.  Aplikasi dalam Pembelajaran

Aplikasi teori pemrosesan informasi dalam pembelajaran bisa dilakukan dengan menggunakan teori Gagne yaitu kondisi-kondisi pembelajaran dan bisa juga dilakukan dengan menerapkan strategi pembelajaran PQ4R dan SQ3R. Berikut ini adalah penjelasannya.

1.    Teori pembelajaran Gagne
Salah satu teori pengajaran yang paling populer berdasarkan prinsip-prinsip kognitif adalah teori pengajaran yang dirumuskan oleh Robert Gagene (1985).
            Pada teori ini terdapat sembilan fase pembelajaran yang dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu persiapan, tahap pembelajaran utama atau inti, dan tahap transfer belajar. Pada tahap persiapan untuk belajar mencakup aktivitas-aktivitas memerhatikan, harapan, penarikan. Sementara pada tahap pembelajaran utama atau inti adalah penguasaan dan praktik yang terdiri dari persepsi selektif, pengkodean semantik, penarikan dan pemberian respons dan penguatan. Pada tahap transfer belajar meliputi pemberian tanda untuk penarikan dan generalisabilitas.  

2.    Penggunaan strategi pembelajaran SQ3R dan PQ4R
SQ3R merupakan salah satu strategi pembelajaran dalam yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran yang memiliki singkatan dari Survey, Question, Read, Recite, Review. Sementara PQ4R merupakan strategi pembelajaran yang lebih baru dari SQ3R dengan tambahan R yaitu Reflect. Metode ini dikembangkan oleh Thomas Robinson yang termasuk ke dalam strategi elaborasi. PQ4R merupakan singkatan dari Preview, Question, Read, Recite, Review dan Reflect. Berikut ini langkah penerapan metode PQ4R menurut Santrock (2013:336-337).
a.  Preview, kegiatan membaca sepintas atau mensurvei materi yang akan dipelajari secara ringkas.
b.   Question, kegiatan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri mengenai materi yang telah dibaca tadi.
c.    Read, kegiatan ini menyuruh siswa untuk membaca secara aktif tentang bacaan tadi yang hanya dibaca secara sepintas. Pada saat kegiatan ini usahakan agar siswa dapat berkonsentrasi dan mampu memahami apa yang disampaikan dalam bacaan
d.   Reflect, merupakan kegiatan untuk memahami informasi yang ada. Pada proses ini bisa dilakukan dengan cara menghubungkan informasi yang diperolehnya dengan informasi yang sudah ada di memorinya. Siswa juga dapat berhenti sesekali untuk merenungkan dan memikirkan interpretasi dari informasi yang diterima.
e.    Recite, merupakan tahap untuk mengingat kembali informasi yang telah dipelajari dengan cara membuat rangkuman (intisari) dari konsep-konsep sebelumnya. Pada tahap ini siswa bisa menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan yang sebelumnya telah diajukan.
f.     Review, pada tahap ini kegiatan siswa untuk membaca rangkuman (intisari ) yang telah dibuatnya dan telah menjawab pertanyaan yang telah diajukannya untuk mengevaluasi rangkuman dan jawabannya dengan cara membaca kembali informasi atau materi yang dipelajari.


Permasalahan

1. Bagaimana pemanfaatan media pembelajaran dalam peristiwa pemrosesan informasi pada kognitif seseorang ?

2. Bagaimana peristiwa “pemanggilan kembali pengetahuan” dalam otak menurut teori pemrosesan informasi?

3. Jelaskan perbedaan serta maksud dari long-term memory dan short-term memory pada teori pemrosesan informasi?

3 komentar:

  1. Saya akan mencoba menjawab permasalahan ketiga

    Short-term Memory (STM) atau \"Working Memory\"

    Short-term memory atau working memory berhubungan dengan apa yang sedang dipikirkan seseorang pada suatu saat ketika menerima stimulus dari lingkungan. Durasi suatu informasi tersimpan di dalam short-term memory adalah 15 – 20 sekon. Durasi penyimpanan di dalam short-term memory ini akan bertambah lama, bisa menjadi sampai 20 menit, jika terdapat pengulangan informasi. Informasi yang masuk ke dalam short-term memory berangsur-angsur menghilang ketika informasi tersebut tidak lagi diperlukan. Jika informasi dalam short-term memory ini terus digunakan, maka lama-kelamaan informasi tersebut akan masuk ke dalam tahapan penyimpanan informasi berikutnya, yaitu long-term memory.



    Long-term Memory (LTM)

    Long-term memory merupakan memory penyimpanan yang relatif permanen, yang dapat menyimpan informasi meskipun informasi tersebut mungkin tidak diperlukan lagi. Informasi yang tersimpan di dalam long-term memory diorganisir ke dalam bentuk struktur pengetahuan tertentu, atau yang disebut dengan schema. Schema mengelompokkan elemen-elemen informasi sesuai dengan bagaimana nantinya informasi tersebut akan digunakan, sehingga schema memfasilitasi akses informasi di waktu mendatang ketika akan digunakan (proses memanggil kembali informasi). Dengan demikian, keahlian seseorang berasal dari pengetahuan yang tersimpan dalam bentuk schema di dalam long-term memory, bukan dari kemampuannya untuk melibatkan diri dengan elemen-elemen informasi yang belum terorganisasi di dalam long-term memory (Merrienboer dan Sweller, 2005).

    BalasHapus
  2. Saya akan mencoba menjawab permasalahan no 1 Dalam suatu proses pembelajaran, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh tenaga pendidik.Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

    BalasHapus
  3. Izin menjawab permasalahan nomor 2

    teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak (Slavin, 2000). Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera.Komponen pertama dari sistem memori yang dijumpai oleh informasi yang masuk adalah registrasi penginderaan. Registrasi penginderaan menerima sejumlah besar informasi dari indera dan menyimpannya dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari dua detik. Bila tidak terjadi suatu proses terhadap informasi yang disimpan dalam register penginderaan, maka dengan cepat informasi itu akan hilang.Keberadaan register penginderaan mempunyai dua implikasi penting dalam pendidikan. Pertama, orang harus menaruh perhatian pada suatu informasi bila informasi itu harus diingat. Kedua, seseorang memerlukan waktu untuk membawa semua informasi yang dilihat dalam waktu singkat masuk ke dalam kesadaran, (Slavin, 2000: 176).Interpretasi seseorang terhadap rangsangan dikatakan sebagai persepsi. Persepsi dari stimulus tidak langsung seperti penerimaan stimulus, karena persepsi dipengaruhi status mental, pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi, dan banyak faktor lain.Informasi yang dipersepsi seseorang dan mendapat perhatian, akan ditransfer ke komponen kedua dari sistem memori, yaitu memori jangka pendek. Memori jangka pendek adalah sistem penyimpanan informasi dalam jumlah terbatas hanya dalam beberapa detik. Satu cara untuk menyimpan informasi dalam memori jangka pendek adalah memikirkan tentang informasi itu atau mengungkapkannya berkali-kali. Guru mengalokasikan waktu untuk pengulangan selama mengajar

    BalasHapus