Rabu, 18 April 2018

5th: Presentase Multimedia Pembelajaran Kimia Hasil Pengembangan


Multimedia

Latar belakang saya membuat Multimedia pembelajaran kimia mengenai “Ikatan Kimia” yaitu sebagai berikut:

* Kelemahan:
Sulit menghafal dan memahami kalimat yang terlalu panjang. Malu untuk berbicara menggunakan bahasa inggris di khalayak umum.

* Kelebihan:
Mudah mengingat apa yang dilihat serta tertarik dengan bahasa inggris.

* Mengatasi kelemahan:
Multimedia dibuat berwarna. Kemudian, materi ditampilkan menggunakan bahasa Inggris dengan tujuan mau tidak mau harus ditranslate ke bahasa Indonesia sehingga dapat dipahami, dan secara tak langsung saya menjadi ingat. 




Permasalahan

1. Kenapa sebuah multimedia harus dapat merangsang banyak pancaindera?
2. Apa tujuan seseorang harus mengetahui kelemahannya dalam pembelajaran sebelum membuat sebuah multimedia?
3. Apakah slide powerpoint termasuk multimedia pembelajaran?
4. Menurut Anda, Apa yang harus saya evaluasi dari multimedia yang saya buat?

Kamis, 12 April 2018

4th: Pengembangan E-learning dalam Pembelajaran Kimia



A. Pendahuluan

·      E-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain (Hartley, 2001).
·      E-learning membuat pembelajaran dapat lebih terbuka dan fleksibel. Pembelajaran dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dan dengan siapa saja.
·      Salah satu media yang dikembangkan untuk menunjang pembelajaran secara online adalah program LMS (Learning Management System). Menurut Yasar dan Adiguzel (2010), Learning Management System (LMS) adalah suatu pengelolaan pembelajaran yang mempunyai fungsi untuk memberikan sebuah materi belajar, mendukung kolaborasi, menilai kinerja peserta didik, merekam data peserta didik, dan menghasilkan laporan yang berguna untuk memaksimalkan efektifitas dari sebuah pembelajaran. Selain materi ajar, skenario pembelajaran perlu disiapkan dengan matang untuk mengundang keterlibatan peserta didik secara aktif dan konstruktif dalam proses belajar mereka (Hasbullah, 2009).
·      Bahan ajar yang tersedia di sekolah biasanya hanya berupa buku teks. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan berupa seperangkat materi yang disusun secara sistematis untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan memungkinkan siswa untuk belajar.
·      Bahan ajar dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik materi yang akan disajikan. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, penggunaan alat bantu media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif seperti penggunaan komputer atau internet. Penggunaan internet dalam proses pembelajaran dikenal dengan istilah e-learning.
·      Materi yang hanya berisi konsep-konsep dan teori akan mudah dilupakan siswa, apalagi jika dalam pembelajarannya tidak meninggalkan kesan yang mendalam. Kean dan Middlecamp (1994), mengemukakan bahwa untuk dapat memahami suatu konsep dengan utuh, kita harus mengenal konsep tersebut baik dari tingkat makroskopis maupun mikroskopisnya.
·      Beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran kimia di SMA adalah:
(1) keterbatasan sumber belajar yang ada yaitu hanya buku teks,
(2) banyak terdapat konsepkonsep abstrak,
(3) lemahnya interaksi antara guru dan siswa di dalam kelas,
(4) kecepatan dan gaya belajar siswa yang berbeda-beda
(5) keterbatasan waktu yang tersedia dalam pembelajaran di kelas.


B. Metode Pengembangan

            Pengembangan bahan ajar berbasis e-learning dengan materi hidrokarbon dan minyak bumi (contohnya) didasarkan pada model pengembangan yang direkomendasikan oleh Thiagarajan (1974), yakni 4D-Model yang terdiri dari pembatasan (define), perencanaan (design), pengembangan (develop), dan penyebarluasan (disseminate).

            Tahap pendefinisian (define) adalah untuk menentukan dan menegaskan kebutuhan-kebutuhan pembelajaran. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: (1) analisis ujung depan yang mengarah pada hasil akhir dari pengembangan yakni berupa bahan ajar berbasis e-learning, (2) analisis siswa, langkah ini menetapkan subyek pebelajar dan sasaran belajar siswa yaitu siswa kelas X semester 2 dengan materi pokok senyawa hidrokarbon dan minyak bumi dengan karakter siswa yang telah mengenal internet, dan (3) perumusan indikator hasil belajar yang dirumuskan berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Analisis siswa dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) analisis tugas dengan mencari literatur dan sumber belajar tentang hidrokarbon dan minyak bumi dan (2) analisis konsep yang dilakukan dengan mengidentifikasi konsep-konsep utama yang akan dipelajari.

            Tahap perencanaan (design) meliputi tiga langkah yaitu: (1) penyusunan tes dengan membuat soal yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman materi dan keberhasilan siswa dalam memahami materi dalam bahan ajar, (2) pemilihan media untuk mendapatkan media yang tepat sesuai dengan perkembangan era teknologi yang sedang berlangsung, yaitu media internet, dan (3) perancangan awal yang meliputi membaca buku teks yang relevan, menulis bahan ajar, adaptasi bahan ajar, konsultasi secara intensif dengan dosen pembimbing.

            Pada tahap pengembangan (develop) langkah- langkah yang dilakukan adalah: (1) konsultasi dengan pembimbing yang bertujuan untuk merancang dan menyusun media dan instrumen yang akan dipakai dalam penelitian, (2) validasi yang merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data tentang nilai yang diperoleh dari validator, (3) analisis hasil validasi, hasil validasi dianalisis sesuai dengan penilaian, saran, dan kritik dari validator, (4) revisi bahan ajar berbasis e-learning yang bertujuan untuk menyempurnakan bahan ajar yang akan digunakan, dan (5) uji coba terbatas, tujuan uji coba ini hanya untuk mengetahui kelayakan dari produk pengembangan yakni bahan ajar berbasis e-learning.

            Tahap keempat yaitu penyebarluasan (disseminate) merupakan tahap penggunaan bahan ajar yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas. Tahap ini bertujuan untuk menguji efektivitas penggunaan bahan ajar berbasis e-learning hasil pengembangan. Dalam pengembangan ini, tahap penyebarluasan (disseminate) tidak dilakukan karena pertimbangan keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya. Selain itu, disesuaikan dengan tujuan pengembangan bahan ajar berbasis e-learning yakni untuk mengetahui kelayakan bahan ajar bukan untuk mengukur prestasi belajar siswa


C. Pembahasan

Produk yang dikembangkan berupa bahan ajar berbasis e-learning yang terdiri atas teks, materi dalam bentuk pdf, link ke beberapa web, video tutorial, animasi, dan assignment. Produk ini juga dilengkapi dengan petunjuk penggunaan, desain pembelajaran, dan instrumen penilaian terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran. Petunjuk penggunaan bahan ajar berbasis e-learning yang dikembangkan ada dua jenis yaitu petunjuk untuk guru dan petunjuk untuk siswa. Pada petunjuk penggunaan untuk guru dilengkapi dengan desain pembelajaran dan rubrik penilaian. Sedangkan petunjuk untuk siswa hanya prosedur penggunaan media pembelajaran online (e-learning) saja. Desain pembelajaran berisi petunjuk dalam melaksanakan pembelajaran online (penggunaan bahan ajar berbasis e-learning) dan pembelajaran di kelas. Di dalam desain pembelajaran terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan guru dan siswa pada saat pembelajaran di kelas maupun saat online. Instrumen penilaian terdiri dari lembar penilaian dan alat ukur penilaian (soal-soal evaluasi). Tersedianya beberapa sumber belajar yang dapat diakses setiap saat memungkinkan dapat mengakomodasi gaya & kecepatan belajar siswa yang berbeda-beda. Pada sumber belajar juga terdapat gambar makroskopis dan mikroskopis yang dapat membantu siswa memahami materi. Untuk meningkatkan interaksi antar siswa dan guru disediakan fitur forum & chat sehingga siswa dapat saling berdiskusi kapan saja untuk memperkuat konsep yang telah diperoleh siswa.

Pengembangan bahan ajar berbasis e-learning ini dapat dijadikan solusi bagi siswa dan guru.
-Siswa dapat belajar sesuai kecepatan belajarnya,
-Siswa dapat mempelajari materi yang tidak terpenuhi dalam pelajaran yang diterima di kelas,
-Siswa belajar dengan learning mode yang disukainya dan memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar dengan berbagai jenis sumber belajar.
-Guru dapat terbantu dalam penyampaian sumber belajar karena siswa dapat mengakses secara mandiri dan interaksi antara siswa dan guru dapat ditingkatkan dengan aplikasi yang menyediakan fasilitas diskusi.

Berdasarkan hasil penelitian telah berhasil dikembangkan bahan ajar berbasis elearning pada materi hidrokarbon dan minyak bumi. Untuk mengetahui validitas bahan ajar yang dikembangkan dilakukan validasi terhadap materi, media, dan produk pengembangan. Hasil validasi materi didapatkan persen rata-rata sebesar 93,75% yang berarti bahan ajar valid dan layak digunakan. Hasil validasi media didapatkan persen ratarata sebesar 97,89% yang berarti bahan ajar valid dan layak digunakan. Sedangkan hasil validasi produk didapatkan persen rata-rata sebesar 94,85% yang berarti bahan ajar valid dan layak digunakan. Revisi dilakukan berdasarkan komentar dan saran yang diberikan vaildator. Selajutnya dilakukan uji pada kelompok kecil dan didapatkan persen rata-rata sebesar 81,92% yang berarti bahan ajar telah layak digunakan. Revisi dilakukan berdasarkan komentar dan saran yang diberikan kelompok kecil.

Hasil penelitian Dedi Rohendi (2012) menunjukkan siswa yang menggunakan elearning memiliki hasil belajar yang lebih baik daripada siswa dengan pembelajaran konvensional. Begitu juga dalam penelitian Judith J. Smith & H. Carol Greene (2013) yang menyarankan e-learning sebagai model pendukung dalam metode mengajar.

Kelebihan bahan ajar berbasis e-learning pada materi hidrokarbon dan minyak bumi ini dibandingkan bahan ajar yang ada ialah:
(1) bahan ajar ini dilengkapi dengan petunjuk penggunaan, desain pembelajaran, dan instrumen penilaian terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran,
(2) memudahkan terjadi interaksi antara guru, siswa, dan bahan ajar yang merupakan komponen dari peristiwa belajar,
(3) kelengkapan fitur yang dimiliki,
(4) sumber belajar dapat dimodifikasi sewaktu-waktu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
(5) guru dapat menilai keaktifan dan kualitas diskusi siswa berdasarkan record yang tersimpan dalam media pembelajaran online (e-learning).


D. Kesimpulan

Bahan ajar berbasis e-learning yang dikembangkan dapat digunakan sebagai alat bantu siswa mempersiapkan diri sebelum memasuki materi pembelajaran atau sebagai penguatan terhadap materi dan konsep pembelajaran yang telah diterima siswa. Dalam penggunaan produk perlu diperhatikan ketersediaan fasilitas penunjang seperti komputer/laptop dan jaringan internet.


Permasalahan

1. Apa saja model desain pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengembangkan suatu media pembelajaran?

2. Bagaimana cara uji coba produk multimedia e-learning?

3. Bagaimana metode penilaian e-learning atau pembelajaran online?


Kamis, 05 April 2018

3rd: Teori Pemrosesan Informasi dalam Pembelajaran

A. Teori pemrosesan Informasi

            Asumsi  yang  mendasari  teori  pemrosesan  informasi  adalah  bahwa pembelajaran  merupakan  faktor  yang  sangat  penting  dalam  perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam  pembelajaran  terjadi  proses  penerimaan  informasi,  untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.
            Dalam  pemrosesan  informasi  terjadi  adanya  interaksi  antara  kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam  diri  individu  yang  diperlukan  untuk  mencapai  hasil  belajar  dan  proses kognitif  yang  terjadi  dalam  individu.  Sedangkan  kondisi  eksternal  adalah rangsangan  dari  lingkungan  yang  mempengaruhi  individu  dalam  proses pembelajaran.
            Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar  yang menjelaskan  pemrosesan,  penyimpanan,  dan  pemanggilan  kembali pengetahuan  dari  otak.  Teori  ini  menjelaskan  bagaimana  seseorang memperoleh  sejumlah  informasi  dan  dapat  diingat  dalam  waktu  yang  cukup  lama.  Oleh  karena  itu  perlu  menerapkan  suatu  strategi  belajar  tertentu  yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa alat indera.


B. Asumsi yang Mendasari Teori Pemrosesan Informasi

Dalam  upaya  menjelaskan  bagaimana  suatu  informasi  (pesan pengajaran)  diterima,  disandi,  disimpan,  dan  dimunculkan  kembali  dari ingatan serta dimanfaatkan jika diperlukan, telah dikembangkan sejumlah teori dan  model pemprosesan  informasi  oleh beberapa pakar. Teori-teori  tersebut umumnya berpijak pada tiga asumsi yaitu:

a.  Bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemprosesan informasi  di  mana  pada  masing-masing  tahapan  dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.
b.  Stimulus  yang  diproses  melalui  tahapan-tahapan  tadi  akan  mengalami perubahan bentuk ataupun isinya.
c.  Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas. Dari  ketiga  asumsi  tersebut,  dikembangkan  teori  tentang  komponen struktur dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol).


C.  Komponen Pemrosesan Informasi

Komponen  pemrosesan  informasi  dipilah  menjadi  berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya “lupa”.

Ketiga komponen itu adalah sebagai berikut:
1.  Sensory Receptor (SR)
Sensory  Receptor  (SR)  merupakan  sel  tempat  pertama  kali  informasi diterima dari luar. Di dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, informasi  hanya  dapat  bertahan  dalam  waktu  yang  sangat  singkat,  dan informasi ntadi mudah terganggu atau berganti.

2.  Working Memory (WM)
Working Memory (WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi  perhatian oleh  individu.  Pemberian  perhatian  ini  dipengarui  oleh peran persepsi. Karakteristik WM adalah bahwa; 
a.  Ia  memiliki  kapasitas  yang  tebatas,  lebih  kurang  7  slots.  Informasi  di dalamnya  hanya  mampu  bertahan  kurang  lebih  15  detik  apabila  tanpa upaya pengulangan atau rehearsal. 
b.  Informasi  dapat  disandi  dalam  bentuk  yang  berbeda  dari  stimulus aslinya. Asumsi pertama berkaitan dengan penataan jumlah informasi, sedangkan  informasi  yang  kedua  berkaitan  dengan  peran  proses kontrol.  Artinya,  agar  informasi  dapat  bertahan  dalam  WM,  maka upayakan  jumlah  informasi  tidak  melebihi  kapasitas  WM  disamping melakukan rehearsal (pengulangan).  Sedangkan  penyandian  pada tahap WM, dalam bentuk verbal, visual, ataupun semantic, dipengaruhi oleh  peran  proses  kontrol  dan  seseorang  dapat  denga  sadar mengendalikannya.

3.  Long Term Memory (LTM)
Long  Term  Memory  (LTM)  diasumsikan:  1)  berisi  semua pengetahuan  yang  telah  dimiliki oleh  individu,  2)  mempunyai  kapasitas tidak  terbatas,  dan  3)  bahwa  sekali  informasi  disimpan  di  dalam  LTM  ia tidak akan pernah terhapus atau hilang. Persoalan” lupa” pada tahapan ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Ini berarti , jika informasi ditata dengan baik maka akan memudahkan  proses  penelusuran  dan  pemunculan  kembali  informasi  jika diperlukan.  Tennyson  (1989)  mengemukakan bahwa  proses  penyimpanan informasi  merupakan  proses  mengasimilasikan  pengetahuan  baru  pada pengetahuan yang telah dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan (knowledge base).


D.  Pengolahan Informasi

Hal-hal  yang  berkaitan  dengan  pengolahan  informasi  supaya informasi  (pesan)  tersebut  dapat  diterima  oleh  si  penerima  informasi, diantaranya:
1. Pesan,  merupakan  informasi  yang  disampaikan  berupa  isi,  makna, pengertian dari materi pengajaran atau bahan pelajaran.
2. Media  yang  terdiri  dari  perangkat  lunak  dan  perangkat  keras  di  siapkan untuk menyajikan pesan terpilih, misalnya modul dan slide suara
3. Intruktor,  adalah  orang  yang  mengendalikan,  menyajikan  atau mentransmisikan  informasi,  pesan,  isi,  makna,  pengertian  dari  materi instruksional.
4. Metode,  adalah  teknik-teknik  tertentu  yang  di  pergunakan  agar  penyajian informasi menjadi efektif.
5.Lingkungan berupa kindisi-kondisi tertentu yang dikendalikan, diatur atau di manipulasi guna menciptakan pengajaran yang kondusif.


E.  Usaha meningkatkan memori

Meningkatkan kemampuan memori dalam pemrosesan informasi tentu menjadi dambaan setiap orang. Namun dibutuhkan suatu usaha untuk bisa memproses informasi dengan baik. Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kerja memori dengan baik.

1.    Perhatian (attention)
Dalam pemrosesan informasi perhatian adalah syarat utama seseorang dapat memperoleh informasi. Fokuskan perhatian kepada suatu informasi yang ingin diketahui akan lebih mempermudah proses encoding sehingga pada saat perhatian gangguan-gangguan yang dapat merusak perhatian harus diminimalisir. Dalam proses pembelajaran, guru perlu menarik perhatian siswa dan menyedikan sarana prasarana belajar yang mendukung untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran.

2.    Pengulangan (rehearsal)
Pengulangan (rehearsal) diperlukan untuk mempertahankan informasi pada saat akan di encoding sehingga dapat tersimpan dalam memori jangka panjang.

3.    Khususkan konteks atau bahan untuk mudah diingat dengan hal-hal yang lain
Informasi yang ingin diperoleh hendaknya berhubungan dengan informasi yang lain sehingga mudah cara pemanggilannya. Cara ini bisa dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri dan membuat catatan dengan baik. Mengajukan pertanyaan untuk diri sendiri setelah membaca atau memperoleh suatu informasi akan mengembangkan asosiasi dengan informasi yang berhubungan atau perlu diambil dari memori. Mencatat informasi yang diperoleh sangat berguna untuk tetap menjaga informasi itu agar tidak hilang karena berlalunya waktu.

4.    Pengorganisasian informasi dengan menggunakan strategi
Beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk bisa mengorganisasikan informasi adalah dengan mnemonic. King (2007: 441) menyatakan bahwa strategi mnemonic adalah bantuan ingatan visual dan/atau verbal. Berikut ini adalah tiga jenis cara mnemonic.
a. Metode loci, anak menyusun imaji/citra dari suatu item yang akan diingat dan membayangkan anak tersebut menyimpannya dalam lokasi yang dikenali. Misalnya jika anak harus mengingat sederetan konsep maka mereka bisa membayangkan meletakkannya di rumah rumah mereka, seperti di kamar tidur, ruang keluarga, dapur dan sebagainya. Pada saat anak perlu mengambil kembali informasi tersebut, anak bisa membayangkan rumahnya lalu membayangkan dirinya berjalan di ruang-ruang untuk mengambil konsep itu.
b.    Metode kata kunci, metode ini diterapkan dengan melekatkan imaji kepada dengan kata-kata yang penting. Misalnya ketika menerangkan variabel x pada siswa, kita bisa membuat perumpamaan jika variabel x itu adalah kue atau apel.
c.    Akronim, metode ini menciptakan kata dari huruf pertama item yang akan diingat. Misalnya untuk menghafalkan warna pelangi bisa dihafalkan dengan cara mejikuhibiniu (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu)


F.  Aplikasi dalam Pembelajaran

Aplikasi teori pemrosesan informasi dalam pembelajaran bisa dilakukan dengan menggunakan teori Gagne yaitu kondisi-kondisi pembelajaran dan bisa juga dilakukan dengan menerapkan strategi pembelajaran PQ4R dan SQ3R. Berikut ini adalah penjelasannya.

1.    Teori pembelajaran Gagne
Salah satu teori pengajaran yang paling populer berdasarkan prinsip-prinsip kognitif adalah teori pengajaran yang dirumuskan oleh Robert Gagene (1985).
            Pada teori ini terdapat sembilan fase pembelajaran yang dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu persiapan, tahap pembelajaran utama atau inti, dan tahap transfer belajar. Pada tahap persiapan untuk belajar mencakup aktivitas-aktivitas memerhatikan, harapan, penarikan. Sementara pada tahap pembelajaran utama atau inti adalah penguasaan dan praktik yang terdiri dari persepsi selektif, pengkodean semantik, penarikan dan pemberian respons dan penguatan. Pada tahap transfer belajar meliputi pemberian tanda untuk penarikan dan generalisabilitas.  

2.    Penggunaan strategi pembelajaran SQ3R dan PQ4R
SQ3R merupakan salah satu strategi pembelajaran dalam yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran yang memiliki singkatan dari Survey, Question, Read, Recite, Review. Sementara PQ4R merupakan strategi pembelajaran yang lebih baru dari SQ3R dengan tambahan R yaitu Reflect. Metode ini dikembangkan oleh Thomas Robinson yang termasuk ke dalam strategi elaborasi. PQ4R merupakan singkatan dari Preview, Question, Read, Recite, Review dan Reflect. Berikut ini langkah penerapan metode PQ4R menurut Santrock (2013:336-337).
a.  Preview, kegiatan membaca sepintas atau mensurvei materi yang akan dipelajari secara ringkas.
b.   Question, kegiatan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri mengenai materi yang telah dibaca tadi.
c.    Read, kegiatan ini menyuruh siswa untuk membaca secara aktif tentang bacaan tadi yang hanya dibaca secara sepintas. Pada saat kegiatan ini usahakan agar siswa dapat berkonsentrasi dan mampu memahami apa yang disampaikan dalam bacaan
d.   Reflect, merupakan kegiatan untuk memahami informasi yang ada. Pada proses ini bisa dilakukan dengan cara menghubungkan informasi yang diperolehnya dengan informasi yang sudah ada di memorinya. Siswa juga dapat berhenti sesekali untuk merenungkan dan memikirkan interpretasi dari informasi yang diterima.
e.    Recite, merupakan tahap untuk mengingat kembali informasi yang telah dipelajari dengan cara membuat rangkuman (intisari) dari konsep-konsep sebelumnya. Pada tahap ini siswa bisa menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan yang sebelumnya telah diajukan.
f.     Review, pada tahap ini kegiatan siswa untuk membaca rangkuman (intisari ) yang telah dibuatnya dan telah menjawab pertanyaan yang telah diajukannya untuk mengevaluasi rangkuman dan jawabannya dengan cara membaca kembali informasi atau materi yang dipelajari.


Permasalahan

1. Bagaimana pemanfaatan media pembelajaran dalam peristiwa pemrosesan informasi pada kognitif seseorang ?

2. Bagaimana peristiwa “pemanggilan kembali pengetahuan” dalam otak menurut teori pemrosesan informasi?

3. Jelaskan perbedaan serta maksud dari long-term memory dan short-term memory pada teori pemrosesan informasi?